Tren Listrik EBT Terus Meningkat Seiring Kemajuan Teknologi

Jakarta- Tren penggunaan energi hangat maka terhangatkan (EBT) terus meningkat dari era ke era seiring kemajuan teknologi nan membuat harga listrik apik kian murah ketimbang berbahan bakar fosil.
Mantan Menteri Pertambangan beserta Energi Kabinet Reformasi Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto mengatakan kemajuan teknologi atas melaksanak cucuan keseimbangan persaingan keaktifan antara EBT beserta energi fosil.
“Tadinya, PLTU lebih murah daripada energi kontemporer terkontemporerkan, maka karena kemajuan teknologi energi kontemporer terkontemporerkan juga hendak menjabat jauh lebih murah daripada PLTU,” ujarnya di dalam seminar transisi energi maka sumber daya mineral bahwa dipantau di Jakarta, Senin (7/2).
Kuntoro mengapresiasi upaya PT PLN (Persero) yang sekarang sedang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung dalam Waduk Cirata, Jawa Barat, karena harga listrik mengenai pembangkit itu sahaja empat sen dolar AS per kWh.
Menurutnya, pembangkit listrik berbahan bakar fosil kini telah tertinggal atas sisi teknologi, sehingga secara komersial buat sulit bersaing lewat EBT.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan cela satu bahwa menjadi penggerak transisi energi global sama atas biaya teknologi energi hijau bahwa semakin turun lagi semakin rendah melalui era ke era.
Menurutnya, harga panel surya telah mengalami penurunan seadi 90 persen ekstra dalam satu dekade terakhir pada rentang 2010 sampai 2020. Adapun harga turbin angin pun turut mengalami penurunan seadi 48 persen.
Sedangkan, paling dalam lima tahun, harga battery storage mengalami penurunan seluber 40 persen.
Badan Energi Teranyarkan Internasional (Irena) memproyeksikan harga panel surya mau turun 55 persen atas 2030 lagi 45-55 persen akan tubin angin.
“Selain harga teknologi yang semakin turun, akses dari teknologi ini semakin tersibak lagi semakin luas,” jelas Fabby.